Loading...

Mengenal Tipe Masyarakat dalam Wabah Covid-19

Diterbitkan pada
20 April 2020 10:43 WIB

Baca

Jarir Idris*

Covid-19 mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan. Mulai dari ekonomi, religiusitas sampai pada aspek sosial yang ada di masyarakat. Sudah satu bulan lebih wabah itu menyerang hampir seluruh negara di dunia. Tidak mustahil jika hal tersebut terjadi begitu cepat di Indonesia. Dan kita dituntut untuk menyesuaikan lingkungan yang sama, tetapi dalam kondisi yang berbeda. 

Anjuran pemerintah dalam melakukan sosial distancing hingga berubah menjadi physical distancing untuk menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya, tentunya akan menimbulkan suasana yang berbeda dalam masyarakat. Yang mengampanyekan #dirumahaja juga tampaknya perlu kita pahami dengan seksama. 

Ada beberapa negara di luar negeri yang sudah menerapkan lockdown dengan jaminan seluruh kebutuhan masyarakat dijamin oleh pemerintah, namun di Indonesia masih memberlakukan PSBB di wilayah tertentu. Yakni anjuran untuk tidak bersalaman, tidak berinteraksi jarak dekat dan tetap memakai masker meskipun dalam kondisi sehat. 

Dengan kondisi demikian, harusnya kita mengetahui beberapa tipe masyarakat meskipun tidak secara spesifik. Pertama, seseorang dengan full protection. Biasannya ini terjadi pada kalangan menengah ke atas. Di mana ia akan mengurung diri di rumah, membatasi kontak fisik dalam komunikasi langsung, selalu mendengarkan arahan dari BNPB dengan patuh dan selalu cuci tangan. Kedua, midle protection. Kebanyakan kondisi ini terjadi pada masyarakat menengah ke bawah dengan tetap menjaga kebersihan diri dan selalu mengupayakan berinteraksi kepada sesama dengan kondisi baik. Ketiga, easy protection tidak terlalu khawatir dengan kondisi yang terjadi. Adalah nasib keluarga yang menjadi prioritas utama. Selama masih bisa kerja untuk mencari nafkah, maka akan tetap keluar rumah dengan waspada. 

Tiga tipe masyarakat tersebut haruslah kita pahami dengan baik agar kerukunan antar tetangga tetap terjaga. Juga tidak saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya dan tetap memperhatikan kondisi diri sendiri. Jika mungkin untuk berjabat tangan, silahkan tetapi melihat kondisi kesehatan. Jika memang tidak mungkin untuk berjabat tangan, cukuplah tegur sapa dan memberi senyuman.

Gerakan #dirumahaja sebagai bentuk usaha kita untuk menjaga diri dari wabah yang datang. Tetapi, jangan sampai hilang budaya ketimuran yang sudah diajarkan oleh para pendahulu kita. Tetap kuat, tetap terjalin silaturrahmi dan tetap sehat. Amin.

*Mahasiswa BKI Angkatan 2016