Loading...

Seminar Nasional Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah tahun 2024

Diterbitkan pada
28 Februari 2024 09:54 WIB

Baca

 

Surakarta, 29 Februari 2024 – Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Raden Mas Said Surakarta mengadakan Seminar Nasional Tematik bertajuk “Merawat Kearifan Lokal Berbasis Spiritual Islam” pada Kamis, 29 Februari 2024. Seminar yang diadakan di Aula Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) lantai 2 ini dimulai pukul 08.00 WIB dan menghadirkan narasumber terkemuka di bidangnya. Acara ini dirancang untuk mendiskusikan pentingnya merawat kearifan lokal dengan mengintegrasikan nilai-nilai spiritual Islam sebagai respons atas tantangan modernitas dan globalisasi.

Acara dibuka dengan sambutan dari Krisbowo Laksono, M.Hum, Koordinator Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam sekaligus tuan rumah seminar. Dalam sambutannya, Krisbowo menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada para narasumber, moderator, dan audiens yang telah meluangkan waktu untuk hadir. Ia menekankan bahwa kearifan lokal tidak hanya merupakan warisan budaya, tetapi juga modal sosial yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan masyarakat. “Kita memiliki tugas bersama untuk merawat kearifan lokal sebagai bagian dari identitas bangsa yang religius dan plural,” ujar Krisbowo.

Dr. Kholilurrahman, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, secara resmi membuka acara dengan menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya seminar ini. Beliau menegaskan bahwa tema ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk. “Kearifan lokal yang berakar pada tradisi masyarakat harus terus dilestarikan, terutama dengan memadukannya dengan nilai-nilai spiritual Islam. Pendekatan ini akan membantu menciptakan harmoni sosial dan mengatasi potensi konflik di tengah keberagaman,” jelasnya.

Moderator dan Narasumber

Seminar ini dipandu oleh Siti Fathonah, MA, dosen di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, yang dengan profesional mengatur jalannya acara dan diskusi. Siti Fathonah membuka sesi seminar dengan menggambarkan bagaimana tema kearifan lokal berbasis spiritual Islam sangat penting untuk dijadikan bahan diskusi, terutama di tengah arus modernitas yang sering kali mengikis nilai-nilai tradisional.

Narasumber pertama, Dr. Imam Iqbal, S.Fil.I., M.S.I., seorang dosen Filsafat Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus Sekjen Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam Indonesia (ASAFI), memulai sesi dengan membahas konsep dasar kearifan lokal dalam perspektif Islam. Ia menjelaskan bahwa kearifan lokal mencakup tradisi, norma, dan praktik sosial yang diwariskan secara turun-temurun dan berfungsi sebagai panduan kehidupan masyarakat. Dalam paparannya, ia menggarisbawahi pentingnya melestarikan kearifan lokal yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. “Kearifan lokal yang selaras dengan ajaran Islam tidak hanya memperkuat identitas sosial, tetapi juga menjadi jalan untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat majemuk,” ungkapnya.

Dr. Imam juga menyoroti tantangan yang dihadapi kearifan lokal di era globalisasi. Ia menyebut bahwa modernitas sering kali membawa dampak negatif berupa terkikisnya nilai-nilai tradisional dan meningkatnya individualisme. “Solusinya adalah memperkuat posisi kearifan lokal dengan menjadikannya bagian integral dari pendidikan, dakwah, dan kebijakan publik. Dengan demikian, kearifan lokal akan tetap relevan di tengah perubahan zaman,” tambahnya.

Pemateri kedua, Gus Fachrizal Achmad, seorang badal mursyid tarekat dan pengasuh majelis taklim, menyampaikan perspektif praktis terkait penerapan spiritualitas dalam menjaga dan merawat kearifan lokal. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa tradisi tasawuf memiliki akar yang kuat dalam menjaga harmoni masyarakat. “Tasawuf mengajarkan kita untuk hidup berdampingan, saling menghormati, dan menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Tuhan. Hal ini sejalan dengan prinsip kearifan lokal yang menghargai keberagaman dan kebersamaan,” jelasnya.

Gus Fachrizal juga membagikan pengalaman pribadi dalam membina jamaah dari berbagai latar belakang, termasuk komunitas jalanan. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan humanis dalam membangun hubungan dengan masyarakat. “Kita tidak bisa hanya bicara di ranah teori. Kearifan lokal dan tasawuf harus diterapkan dalam kehidupan nyata untuk menciptakan dampak yang signifikan,” ujarnya.

Sesi Diskusi

Setelah kedua narasumber menyampaikan paparannya, sesi dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang dimoderatori oleh Siti Fathonah. Para peserta seminar, yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan mahasiswa, mengajukan berbagai pertanyaan terkait tantangan dan strategi melestarikan kearifan lokal berbasis spiritual Islam. Diskusi berjalan dengan sangat dinamis, mencerminkan antusiasme peserta terhadap tema yang diangkat.

Salah satu peserta bertanya tentang bagaimana menyelaraskan kearifan lokal dengan tuntutan modernitas tanpa menghilangkan nilai-nilai aslinya. Menanggapi hal ini, Dr. Imam Iqbal menyarankan agar kearifan lokal terus didokumentasikan dan dikontekstualisasikan sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, Gus Fachrizal menambahkan bahwa pendekatan spiritual melalui dakwah dan pendidikan sangat penting untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal tetap relevan.

Penutupan

Seminar ditutup dengan harapan bahwa diskusi yang telah berlangsung dapat memberikan inspirasi dan wawasan baru bagi para peserta. Krisbowo Laksono, dalam kata penutupnya, mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam keberhasilan acara ini. “Kami berharap tema ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh toleransi,” tutupnya.

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Raden Mas Said Surakarta berkomitmen untuk terus menyelenggarakan diskusi-diskusi akademik yang relevan dan bermanfaat bagi perkembangan keilmuan serta kehidupan bermasyarakat.